- Mempelajari dan memahami troubleshooting techniques
- Mensimulasikan rangakaian troubleshooting techniques menggunakan proteus
a. Alat
· DC voltmeter
Voltmeter dc adalah alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika.
b. Bahan
· Resistor
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Resistor mempunyai nilai resistansi (tahanan) tertentu yang dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin dimana nilai tegangan terhadap resistansi tersebut berbanding lurus dengan arus yang mengalir.
· Transistor
Transistor adalah alat
semikonduktor yang dapat digunakan sebagai penguat sinyal, pemutus atau
penyambunng sinyal (switching). Transistor memiliki tiga kaki elektroda, yaitu
basis, kolektor, dan emitor.Pada rangkaian kali ini digunakan transistor
2SC1162 bertipe NPN. Transistor ini diumpamakan sebagai saklar, yaitu ketika
kaki basis diberi arus, maka arus pada kolektor akan mengalir ke emiter yang
disebut dengan kondisi ON. Sedangkan ketika kaki basis tidak diberi arus, maka
tidak ada arus mengalir dari kolektor ke emitor yang disebut dengan kondisi
OFF. Namun, jika arus yang diberikan pada kaki basis melebihi arus pada kaki
kolektor atau arus pada kaki kolektor adalah nol (karena tegangan kaki
kolektor sekitar 0,2 - 0,3 V), maka transistor akan mengalami cutoff (saklar
tertutup).
· Power
Digunakan sebagai penyedia sumber energi listrik untuk perangkat-perangkat elektronika dalam hal ini energi listrik tegangan DC.
· Ground
Langkah pertama yang dilakukan untuk memperbaiki masalah jaringan adalah memahami karakteristik jaringan tersebut dan memiliki ide yang diharapkan untuk level tegangan dan arus. Untuk bagian aktif dari transistor, pengukuran paling penting adalah level dc dari tegangan basis ke emitor.
Tegangan VBE untuk transistor agar aktif adalah sekitar 0,7V.
Pada gambar 4.57 ujung positif (merah) terhubung ke base terminal untuk transistor npn dan ujung negatif (hitam) ke terminal emitor. Beberapa pembacaan akan sangat berbeda dengan level yang diharapkan yaitu sekitar 0,7V, tetapi yang terbaca seperti 0,4V, 12V atau negatif sehingga koneksi jaringan harus di periksa.
Untuk transistor pnp, bisa digunakan koneksi yang sama tapi pembacaannya akan mengkasilkan nilai negatif.
Tingkat tegangan yang penting lainnya adalah tegangan dari kolektor ke emitor. Pada karakteristik umum BJT yang level VCE-nya sekitar 0,3V yang disarankan untuk suatu perangkat. Namun:
Untuk transistor penguat agar aktif VCE nya harus sekitar 25% -75% dari VCC.
Untuk VCC = 20V, pembacaan VCE dari 1 – 2V atau 18 – 20V seperti yang diukur pada gambar 4.58 merupakan hasil pengukuran yng tidak biasa kecuali sengaja dirancang untuk respon ini dan operasinya harus diselidiki. Jika VCE = 20V (dengan VCC = 20V) setidaknya ada dua kemungkinan, pertama, perangkat BJT rusak, kedua, memiliki sirkuit yang terbuka antara terminal kolektor dan emitor atau sambungan dalam kolektor – emitor atau loop rangkaian basis – emitor terbuka seperti yang ditunjukkan gambar 4.59 membentuk IC pada 0 mA dan VRC 0V.
Pada gambar 4.59, ujung hitam voltmeter terhubung ke ground dan ujung merah mengarah pada ke terminal bawah resistor. Tidak adanya arus kolektor dan penurunan yang terjadi di RC akan menghasilkan pembacaan 20V. Jika meter terhubung ke terminal kolektor BJT, maka pembacaan akan menjadi 0V karena VCC dihambat oleh sirkuit terbuka. Salah satu kesalahan yang paling umum adalah penggunaan nilai resistansi yang salah. Bayangkan dampak penggunaan resistor 680 ohm untuk RB dibandingkan dengan 680kOhm untuk VCC = 20V dan konfigurasi fixed-bias, arus yang dihasilkan adalah
Dan hasil yang diinginkan adalah 28.4A, perbedaan yang sangat signifikan.
Arus dasar 28.4 mA mungkin akan merusak perangkat. Karena nilai resistor aktual sering berbeda dengan nilai kode warna maka sebelum menggunakannya dalam jaringan lebih baik diukur terlebih dahulu. Dengan begitu, nilai aktual akan lebih dekat dengan nilai teoritis.
Bagaimanapun, salah satu metode yang paling efektif untuk memeriksa pengoperasian jaringan adalah dengan memeriksa level tegangan yang terhubung dengan menghubungkan ujung hitam (negatif) voltmeter ke ground dan ujung merah (positif) ke terminal yang penting. Dalam gambar 4.60 jika ujung merah terhubung langsung ke VCC maka harus membaca VCC karena jaringan memiliki satu landasan bersama untuk parameter suplai dan jaringan. Seperti yang ditentukan oleh penurunan di RC dan VE harus kurang dari VC oleh VCE tegangan kolektor – emitor. Jika VCR dan VRE memiliki nilai yang wajar tetapi VCE memiliki nilai 0V, kemungkinannya adalah bahwa ada BJT rusak dan terjadi arus pendek antara terminal kolektor dan emitor. Seperti yang disebutkan sebelumnya, jika VCE memilki nilai sekitar 0.3V seperti yang didefenisikan bahwa VCE = VC – VE, jaringan mungkin saturasi dengan perangkat atau mungkin tidak rusak.
Voltmeter VOM atau DMM cukup penting dalam proses troubleshooting. Arus level biasanya dihitung dari level tegangan yang melintasi resistor daripada “memecah” jaringan untuk memasukkan bagian dari milli ammeter dari multimeter. Pada skema besar, level tegangan tertentu di sediakan sehubungan dengan ground untuk mempermudah pengecekan dan mengidentisikasi kemungkinan masalah.
a) Prosedur Percobaan
- Siapkan dan susun Komponen(Alat dan Bahan)
- Rangkai komponen
- Buat simulasi pada proteus
- Coba dan terapkan rangkaian
b) Rangkaian
· Prinsip kerja rangkaian
Troubleshooting Techniques pada rangkaian adalah memasang transistor lalu menghubungkan empat buah resisor yang memiliki nilai hambatan tertentu.Pada prinsipnya Troubleshooting Techniques adalah mengukur nilai tegangan pada tiap tiap resistor yang telah dipasangkan transistor sebagai switching tegangan dan menghitung berapa beda tegangan pada tiap -tiap resistor.
c) Video
· d) Download file
Download html
Download rangkaian
Download video
Download datasheet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar